Minggu, 19 Juni 2011

Profesi dan Amanah

Aku seorang PENGACARA sejak tahun 1999.
Profesi pengacara adalah salah satu profesi yang populer di Negeri yang sudah maju. Di Negeriku? Masih amat kontroversi. Kebanyakan orang datang pada pengacara saat ada masalah hukum saja. Kuratif dan rehabilitatif. Belum pada bidang preventif apalagi promotif. Pengacara banyak bohongnya, begitu orang mengidentikkan profesi ini. Benarkah? Kalau menurutku apapun profesi kita jujur tetaplah pilihan bijak seorang Abdullah. Tak peduli sebagai apapun profesinya. Profesi pengacara inilah yang kujadikan sarana untuk konsisten berjuang dijalur Yudikatif. Perjalanan waktupun menghantarkanku pada banyak hal. yang bermuara pada satu simpul bahwa aku harus terus belajar.

Dalam hal ini Ayahlah yang banyak berperan dalam proses belajarku sebagai pengacara. Ayah yang memang sudah puluhan tahun berpeluh-peluh diprofesi ini, sejak tahun 1980. Aku anak laki-laki ke-3 dalam keluarga yang sejak masa SMP sudah diarahkan Ayah untuk mengikuti jejaknya. Aku bukan tak punya pilihan. Cita-citaku sebenarnya menjadi seorang hakim. Tapi ternyata skenario Allah mengukuhkanku untuk menjadi seorang anak yang berbakti diprofesi yang sama dengan Ayahanda. Seorang lawyer. Walaupun mimpi untuk menjadi seorang hakim tetap tak bisa hilang dari do'aku. Suatu saat aku harus menjadi seorang hakim, hakim agung di sebuah Mahkamah Agung. Aamiin.

Sekum DPD PKS Kota Palembang, 2010-2015
Berkecimpung di dunia politik sungguh tak pernah kubayangkan. Kalaupun sekarang era kepartaian membuat aku harus menerima amanah untuk satu kepentingan, apa yang bisa kuelakkan. Ranah politik membukakan  mataku bahwa dakwah ini butuh kendaraan, dan ketika semua kepentingan memakai kendaraan roket, apakah dakwah harus tetap jalan kaki. Banyak yang menyangsikan bahwa kiprah PKS dikancah perpolitikan Negeri ini tak akan ada bedanya dengan yang lainnya. Tak masalah, buatku bukan hal yang bijak melayani semua opini yang menyudutkan PKS dengan semua tudingan tak beralasan, terlebih akhir-akhir ini isu demi isu menerpa. Tak mengapa, bukankah bila kapal berlayarnya makin ketengah samudera, maka ombaknyapun akan makin besar. Sesekali ada bocor disisi kapal, atau kapal tampak oleng, maka tetaplah menikmati laju pelayaran ini. Bersama tentu bisa. Dan dalam hal ini peran istriku yang paling nyata, membersamai, menguatkan dan juga selalu mendukung derapku di jalan ini. Sungguh, bukan karena satu ambisi pribadi aku berada kini. Sekali lagi semata dalam rangka melaksanakan amanah, bukan profesi apalagi jabatan. Tak butuh alasan untuk sebuah ketaatan. Taat, bermodalkan taat saja. Itu yang sampai saat ini membuatku kuat. Akan kubuktikan, bahwa akulah da'i sebelum menjadi yang lainnya. Nahnu du'at qobla kulli sai'in. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membacanya dan semoga bermanfaat...